Aku akan bercerita dan bukan
mendongeng, jadi aku tidak akan menggunakan kata ‘pada jaman dahulu kala, dulu
nan jauh disana, alkisah’ dan sejenisnya.
Kali
ini aku akan bercerita tentang tiga orang anak manusia yang hidup di dua
daratan, dua waktu, di tiga lokasi berbeda. Dan yang
mengesankan mereka tak saling kenal, tak pernah bertemu, tapi mereka berusaha
untuk saling menyayangi dan menghargai satu sama
lain dengan hanya berpegang pada topeng yang melapisi wajah mereka. Aku yakin,
tiga manusia ini tidak ada yang mengetahui siapa mereka sebenarnya. Mungkin
salah satu dari mereka adalah seorang teroris yang menyamar menjadi anak
sekolah berusia 17 tahun. Atau malah seorang narapidana yang menyamar. Dimana saat
seluruh barisan barikade polisi sibuk mencarinya, dia malah
asik bersantai diatas sofa empuk sambil menikmati segelas martini mewah
ditangannya.