Selasa, 19 Februari 2013

Berjalan Menuju Pelangi


Kadang otakku dipenuhi dengan khayalan-khayalan akan masa depan. Melakukan perjalanan yang panjang, berkeliling dunia. Bertemu dan menatap wajah-wajah yang berbeda. Mengunjungi tempat-tempat indah yang menakjubkan. Bermimpi hidup seperti mercusuar yang menerangi pinggiran pantai dari kegelapan. Aku tertawa.

          Aku berharap suatu saat nanti kita berdua bisa saling memahami. Saling mengerti dan dapat saling mengisi. Disaat aku bisa menjadi dirimu dan kamupun bisa menjadi diriku. Bukankah saat itu akan menjadi saat yang sangat berbeda? Banyak kontradiksi yang akan terjadi. Sebuah pertarungan melawan sesuatu yang telah berjalan dalam waktu panjang. Sebuah mimpi yang akan terwujud dari sebuah ketidakyakinan, apa itu masuk akal?

Minggu, 17 Februari 2013

Ku kembalikan pada kenyatan

          Ergo, tetangga baruku yang menyenangkan. Murah senyum, pintar, dan mampu menarik perhatian kaum hawa seperti biasa. Termasuk aku yang sudah terjaring oleh kebaikkannya. Baru sekitar dua bulan dia menempati kamar nomer 20 yang sudah lama kosong. Seolah gak peduli dengan gossip yang beredar, dia mengambil kamar itu. Padahal kakek sudah menawarinya kamar lain yang lebih terurus, tapi dengan sopan ia menolaknya. Bagiku dia laki – laki dewasa yang menarik. Apa karna jurusan kuliah kami sedikit ada kaitannya. Dia mahasiswa jurusan arsitektur dan aku sendiri design interior.  Setengah tahun lagi, kurang setengah tahun lagi kami berdua di wisuda. Aku harap saat itu semua berjalan lancar.
                                                                            ***
          Ku tutup pintu dan ku kunci. Di ujung tangga, laki – laki itu sudah berdiri seperti biasa

Jumat, 15 Februari 2013

Tōkyō tawā

 
            Masih seperti biasa. Aku selalu datang terlalu pagi ke sekolah. Meskipun inginku datang lebih siang, tapi tetap saja pagi. Keempat temanku inilah yang membuatku bersemangat datang ke sekolah. Kebersamaan dengan mereka sungguh menyenangkan. Saat susah dan senang, ya meskipun terkadang kami bertengkar tapi itu tidak bertahan lama. Sebut saja mereka Sifa, Rasti, Ema, dan Mitha.
            Sifa, dia merupakan adik bagi kami. Usianya yang paling muda dan tingkahnya masih sering kekanak-kanakan. Rasti, dia satu-satunya anak berkerudung diantara kami, dia pintar, tapi kalau diajak bicara pasti paling bolot. Entah kenapa, kalau pelajaran dia cepat mengerti, tapi saat diajak bicara selain pelajaran dia yang paling lama mengerti. Beda lagi dengan Ema dan Mitha. Kalau Ema, dia dengan mudahnya menemukan topik atau hal yang membuat kami tertawa. Wajahnya yang merah saat disinggung tentang pacarnya, menjadi bahan utama kami untuk menggodanya. Dan yang terakhir, Mitha. Orang paling pendiam. Beda dengan kami berempat yang lebih mirip dengan orang abnormal kalau sudah berkumpul. Mitha lebih sering tersenyum daripada tertawa. Tulisannya yang paling rapi menjadi ciri khasnya.

Rabu, 13 Februari 2013

A Promise

         Saya sudah siap dengan celemek pink yang melindungi badan saya dari noda-noda manis seperti biasa. Berbagai bentuk cetakan cokelat sudah saya siapkan. Hari ini, dua hari sebelum pertemuan itu. Saya memilih rasa blueberry, rasa kesukaannya. Dan beberapa rasa lainnya yang akan saya campur dan saya letakkan di etalase toko.
            Saya mempunyai sebuah toko cokelat dan cupcake yang cukup laris di wilayah kampus. Hari valentine dan Natal menjadi puncak keberuntungan saya dalam setahun. Bagaimana tidak, dihari-hari biasa, saya hanya bisa menjual beberapa ratus cupcake atau coklat hanya dalam model-model tertentu. Tapi saat Natal dan valentine, saya bisa menjual seribu lebih cokelat ataupun cupcake dalam berbagai model. Saya suka cokelat, membuat coklat merupakan hobi yang saya jadikan lahan bisnis.

Senin, 11 Februari 2013

HELL [!]

“Aku benci kakak!!” teriakku geram dihadapan perempuan yang umurnya sekitar dua tahun lebih tua dariku. Mataku menatapnya. Wajah lembut itu terkadang membuatku merasa kesal sendiri, aku benci sikapnya yang sok baik. Ku hentakkan kakiku keluar dari kamarnya menuju kamarku sendiri yang hanya bersebelahan dengan kamarnya. Pintu kubanting keras. Semua buku pelajaran tak luput dari kemarahanku.
“Aku benci kakak!!!” teriakku lebih keras.

Kamis, 07 Februari 2013

I Loved Yesterday

 
Aku mencintai kehidupanku yang lalu, mengharapkan kehidupan itu dapat kembali. Benar, aku mencintai hari-hariku yang telah berlalu, hari-hariku kemarin. Menurutku, kemarin lebih menyenangkan daripada sekarang ataupun besok, yang masih menjadi misteri. Enam belas tahun lalu. Ya, kurang satu tahun lagi umurku genap tujuh belas tahun. Dalam relung jauhku, aku bertanya: Apa sudah yang kulakukan dalam enam belas tahun hidupku? Kupeluk erat kedua kakiku yang mulai gemetar berinjak pada kehidupan.
            Kutenggelamkan wajahku dalam washtafel. Kubuang pikiran pendekku di perjalanan keluar dari kamar mandi sekolah. Apa yang akan kudapatkan setelah ini?

Selasa, 05 Februari 2013

EMPTY

FIRST DAY                                         
              Benarkah ini sudah jam enam pagi? Aku sudah setengah jam berdiri dengan bahu penuh beban di pinggir jalan. Mataku memandang jauh ke ujung kanan dan kiri jalan. Semua tampak gelap, sepi, dan penuh kabut. Lampu kendaraan yang terang terkesan tak mampu memecah kepekatan kabut hari ini. Tubuhku menggidik sesekali menahan dingin yang terus menerpa tubuhku. Kota aneh, pikirku sekilas. Ya, aku baru saja tiba dari luar kota. Hobiku sebagai fotografer memaksaku mencari lokasi-lokasi yang berbeda. Daripada tempat wisata, aku lebih suka pergi ke tempat yang ekstrim, tempat yang kata orang menakutkan, berbahaya, penuh teror, atau apalah itu. Aku tak peduli.