Lari!! Cepat Lari!!
Ayah!! Ibu!!
Lari!! Apapun yang terjadi
lari!!!
“Aaaa!!” ia berteriak
sejadi-jadinya. Keringat mengucur deras melalui setiap lubang pori-pori di tubuhnya.
Membuat kaos putihnya basah. Jantungnya kembali bergebup kencang seirama dengan
alunan nafasnya yang berantakan. Lingkaran terang bulan purnama terlihat dari
balik jendela. Tirai menari-nari, sedikit memperlihatkan dunia luar malam ini.
Malam yang sama seperti dua belas tahun lalu. Dalam satu malam sebagian besar
kehidupannya lenyap.
“Ben, apa
kau baik-baik saja?” Laki-laki itu kembali terperanjat. Mengerjapakan matanya
beberapa kali, sosok mungil berdiri di ambang pintu dengan wajah khawatir
seperti biasa. Perlahan gadis itu masuk, meskipun dengan ragu. Mata bulatnya
yang bening dapat melihat dengan jelas kalau laki-laki yang tengah duduk di
atas ranjang itu, baru saja teringat kenangan buruk.
“Tenanglah, kau baik-baik saja. Itu hanya mimpi.” Dalam
dekapannya, gadis itu bisa merasakan getaran yang begitu hebat menyelubungi
setiap sisi tubuh Ben.
“Aku akan selalu disampingmu. Tenanglah,” sambung gadis itu.